Untuk nan mau baca kesan pertamanya bisa ditulis di sini.
Tulisan ini murni merupakan pendapat dan tidak diminta orang/badan untuk kudu menulis nan begini dan begitu. Pun besoksore.com adalah blog pribadi dan hanya ditulis sama satu orang.
*yaaa barangkali ada pembaca baru.
Awal mula saya cukup jengkel lantaran peran utama wanita dikatain jelek dan tua. Pokoknya adalah nan bilang gitu di salah satu sosmed. Jujur aja, saya suka sedih sama hal-hal begini. Mbak Jeon Do Yeon itu bisa akting lhoooo. Film nan beliau mainkan apalagi lebih banyak dari dramanya.
Pokoknya bukan orang baru dan salah satu dramanya saya suka banget.
Nahhh unik untuk drama Crash Course in Romance, setelah nonton rutin kayak makan obat. Saya simpulkan bahwa jenis drama ini ada di tengah-tengah.
Usia nan diceritakan pada kisah udah relatif nggak muda. Masing-masing sudah punya pekerjaan nan “sudah jadi”. Bahkan Mbak Nam dikisahkan punya keponakan nan manggil dia Omma.
Bisa dibayangkan jadi drama apa?
Jelas bukan drama tentang kesalahpahaman renyah. Tapi urusannya tentang “anak” juga. Nam Hae E pun ada di usia “krisis” di mana dia menghadapi ujian akhir sebagai anak SMA di akhir tahun. Urusan les-lesan matematika sampai pengen masuk bumi kedokteran.
Okelah. Bisaaa bisaaa.

Ada masalah nan nggak banget di akhir.
Sampai sini saya mau spoiler. Jadi, pada drama dikisahkan ada semacam kasus pidana nan mana pelakunya nggak jauh dari karakter utama pria. Kemudian endingnya adalah budir.
Hiiiiiiiii.
Berasa dimunculkan tanpa “tensi” nan bener-bener “nyampe” gitu. Menguap begitu saja. Rasanya asing dan ngerasa “HAAAHHH GINI DOANGGGGG?”
Beberapa masalah Omma-Omma nan punya kemauan anaknya moncer di bagian akademik juga sudah sering dibahas di drama korea. Bukan perihal baru. Yang mana korbannya nggak jauh-jauh dari anak.
Lagi-lagi kurang “sreg” aja. Mungkin lantaran sudah terlalu biasa masalah ini diangkat.
Kesimpulan Drama Korea Crash Course in Romance (2023)
Nggak terlalu suka.
Rada membosankan.
Sempat kecewa di masalah tentang pelaku pidana itu. Bahkan masa lalunya nan dikisahkan sama sekali nggak bikin dramanya jadi “unik”. Malah jadi “mbulet”. Ehhh gimana yaaa bahasa Indonesia nan baiknya.
Endingnya rada menjengkelkan. Misalnya diberikan karakter nan baru muncul. Yaitu Ibu kandung dari Nam Hae E, emmmmmmm…. Terkesan rada maksa biar dramanya punya “plot” sampai 16 episode. Makin di ujung, rasanya kurang asyik.
Happy ending untuk semuanya. Bahkan semua karakter menjengkelkan dari para Omma.
Bahkan adiknya Mbak Nam aja punya pacar.
Akhirnya….
Kerasanya nanggung aja.
Beneran nanggung.
Kurang seru.
Romancenya agak kurang. Drama orang tua dan anak SMA kelas 12 terlalu generik. Luapan kisah kriminalnya terkesan datang kemudian ilang dengan “cara gampang”. Konflik tambahan nggak bikin dramanya jadi menarik.
eemmmmm.
Yaaa begitulah.
Sekian.
Penutup
Link trakteer mimin ada di sini. Terima kasih.